Turtle – kura-kura akuatik (air), Tortoise – kura-kura terrestrial
(darat), dan Terrapin – kura-kura semi akuatik – adalah reptil dari ordo
Testudines (seluruh kura-kura yang ada termasuk dalam kelompok besar
Chelonia), hampir semuanya memiliki tubuh yang dilindungi oleh sebuah
tulang khusus atau tempurung bertulang rawan yang terbentuk dari
rusuknya. Ordo Testudines meliputi spesies yang masih ada maupun yang
sudah punah, kura-kura yang paling awal muncul telah ada sejak sekitar
215 juta tahun yang lalu, menjadikan kura-kura adalah kelompok reptil
tertua, dan kelompok yang paling purba dibandingkan kadal dan ular.
Sekitar 300 spesies yang masih ada saat ini, kebanyakan terancam punah.
Kura-kura adalah binatang ectothermic.
Anatomi dan morfologi
Kura-kura memiliki beragam jenis ukuran. Meskipun begitu, kura-kura laut (penyu) memiliki ukuran yang lebih besar dibanding saudaranya di darat dan di air tawar.
Chelonian terbesar adalah penyu laut, yakni penyu laut berpunggung bulu (leatherback sea turtle) raksasa, yang panjang tempurungnya mencapai 200 cm dan beratnya dapat mencapai lebih dari 900 kg. Kura-kura air tawar umumnya lebih kecil, tapi spesies terbesarnya adalah labi-labi (kura-kura bertulang rawan) di Asia, Pelochelys cantorii, yang dilaporkan oleh beberapa orang memiliki panjang hingga 200 cm (Das, 1991). Kura-kura besar lainnya adalah common snapping turtle, Chelydra serpentina, Chelonian terbesar di Amerika Utara, yang memiliki panjang tempurung hingga 80 cm dan berat sekitar 60 kg.
Kura-kura darat (tortoise) dari genus Geochelone, Testudo, dan lainnya tersebar luas di seluruh dunia pada zaman purba, dan kini banyak terdapat di Amerika Utara dan Selatan, Australia, and Afrika. Mereka punah bersamaan dengan waktu kemunculan manusia, yang diduga bahwa manusia memburunya untuk makanan. Kura-kura darat raksasa yang masih bertahan hidup hingga kini terdapat di Seychelles and Kepulauan Galápagos dan dapat bertambah besar hingga sepanjang lebih dari 130 cm, dan berat sekitar 300 kg.
Chelonian terbesar sepanjang masa adalah Archelon ischyros, seekor kura-kura laut yang hidup pada zaman Cretaceous akhir yang diketahui besarnya dapat mencapai hingga 4,6 m.
Kura-kura terkecil adalah kura-kura darat speckled padloper dari Afrika Selatan. Kura-kura tersebut hanya memiliki panjang tidak lebih dari 8 cm dan berat sekitar 140 g. Dua spesies kura-kura kecil lainnya adalah kura-kura lumpur dan kura-kura musk Amerika yang hidup di wilayah yang membentang antara Kanada hingga Amerika Selatan. Panjang tempurung dari banyak spesies dalam kelompok ini adalah kurang dari 13 cm.
Leher yang berlipat
Kura-kura dibagi menjadi dua kelompok, menurut pada bagaimana cara mereka menarik leher mereka ke dalam tempurungnya (sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh spesies purba Proganochelys): the Cryptodira, yang dapat menarik leher mereka dan melipatnya dibawah spine-nya; dan Pleurodira, yang dapat melipat leher mereka ke samping.
Kura-kura memiliki beragam jenis ukuran. Meskipun begitu, kura-kura laut (penyu) memiliki ukuran yang lebih besar dibanding saudaranya di darat dan di air tawar.
Chelonian terbesar adalah penyu laut, yakni penyu laut berpunggung bulu (leatherback sea turtle) raksasa, yang panjang tempurungnya mencapai 200 cm dan beratnya dapat mencapai lebih dari 900 kg. Kura-kura air tawar umumnya lebih kecil, tapi spesies terbesarnya adalah labi-labi (kura-kura bertulang rawan) di Asia, Pelochelys cantorii, yang dilaporkan oleh beberapa orang memiliki panjang hingga 200 cm (Das, 1991). Kura-kura besar lainnya adalah common snapping turtle, Chelydra serpentina, Chelonian terbesar di Amerika Utara, yang memiliki panjang tempurung hingga 80 cm dan berat sekitar 60 kg.
Kura-kura darat (tortoise) dari genus Geochelone, Testudo, dan lainnya tersebar luas di seluruh dunia pada zaman purba, dan kini banyak terdapat di Amerika Utara dan Selatan, Australia, and Afrika. Mereka punah bersamaan dengan waktu kemunculan manusia, yang diduga bahwa manusia memburunya untuk makanan. Kura-kura darat raksasa yang masih bertahan hidup hingga kini terdapat di Seychelles and Kepulauan Galápagos dan dapat bertambah besar hingga sepanjang lebih dari 130 cm, dan berat sekitar 300 kg.
Chelonian terbesar sepanjang masa adalah Archelon ischyros, seekor kura-kura laut yang hidup pada zaman Cretaceous akhir yang diketahui besarnya dapat mencapai hingga 4,6 m.
Kura-kura terkecil adalah kura-kura darat speckled padloper dari Afrika Selatan. Kura-kura tersebut hanya memiliki panjang tidak lebih dari 8 cm dan berat sekitar 140 g. Dua spesies kura-kura kecil lainnya adalah kura-kura lumpur dan kura-kura musk Amerika yang hidup di wilayah yang membentang antara Kanada hingga Amerika Selatan. Panjang tempurung dari banyak spesies dalam kelompok ini adalah kurang dari 13 cm.
Leher yang berlipat
Kura-kura dibagi menjadi dua kelompok, menurut pada bagaimana cara mereka menarik leher mereka ke dalam tempurungnya (sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh spesies purba Proganochelys): the Cryptodira, yang dapat menarik leher mereka dan melipatnya dibawah spine-nya; dan Pleurodira, yang dapat melipat leher mereka ke samping.
Kepala
Kebanyakan kura-kura yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di daratan memiliki mata yang selalu melihat ke bawah pada objek yang ada dihadapannya. Beberapa kura-kura air tawar, seperti kura-kura common dan labi-labi, memiliki mata yang lebih dekat ke bagian atas kepala. Spesies kura-kura ini dapat bersembunyi dari predator di perairan dangkal dimana mereka menenggelamkan seluruh badannya dalam air kecuali mata dan lubang hidungnya. Penyu laut memiliki kelenjar dekat matanya yang menghasilkan air mata bergaram yang berfungsi untuk membuang garam berlebih dari tubuhnya yang diambil dari air yang mereka minum.
Kura-kura memiliki keistimewaan berupa kemampuan penglihatan malam hari yang hebat yang disebabkan oleh sejumlah besar sel batang pada retina mereka. Kura-kura memiliki penglihatan warna dengan kekayaan subtipe cone dengan sensitivitas antara hampir Ultraviolet (UV A) hingga Merah. Beberapa kura-kura darat memiliki kemampuan ‘mengejar mangsa’ yang sangat buruk, sehingga biasanya justru menjadi mangsa bagi predator yang berburu mangsa yang dapat bergerak cepat. Namun, kura-kura karnivora dapat dengan cepat menggerakan kepalanya untuk menggigit tiba-tiba.
Kura-kura memiliki sebuah mulut lebar yang kokoh. Kura-kura menggunakan rahangnya untuk memotong dan mengunyah makanan. Sebagai pengganti gigi, rahang atas dan bawah pada kura-kura dilapisi oleh deretan tulang yang keras. Kura-kura karnivora biasanya memiliki tulang yang berbentuk pisau tajam untuk mengiris-iris mangsanya. Kura-kura herbivora memiliki tulang yang ujungnya seperti gergaji untuk memotong-motong tanaman yang keras. Kura-kura menggunakan lidahnya untuk membantu mengunyah makanan, tapi mereka tidak dapat, tidak seperti kebanyakan reptil, menjulurkan lidahnya untuk menangkap makanan.
Kebanyakan kura-kura yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di daratan memiliki mata yang selalu melihat ke bawah pada objek yang ada dihadapannya. Beberapa kura-kura air tawar, seperti kura-kura common dan labi-labi, memiliki mata yang lebih dekat ke bagian atas kepala. Spesies kura-kura ini dapat bersembunyi dari predator di perairan dangkal dimana mereka menenggelamkan seluruh badannya dalam air kecuali mata dan lubang hidungnya. Penyu laut memiliki kelenjar dekat matanya yang menghasilkan air mata bergaram yang berfungsi untuk membuang garam berlebih dari tubuhnya yang diambil dari air yang mereka minum.
Kura-kura memiliki keistimewaan berupa kemampuan penglihatan malam hari yang hebat yang disebabkan oleh sejumlah besar sel batang pada retina mereka. Kura-kura memiliki penglihatan warna dengan kekayaan subtipe cone dengan sensitivitas antara hampir Ultraviolet (UV A) hingga Merah. Beberapa kura-kura darat memiliki kemampuan ‘mengejar mangsa’ yang sangat buruk, sehingga biasanya justru menjadi mangsa bagi predator yang berburu mangsa yang dapat bergerak cepat. Namun, kura-kura karnivora dapat dengan cepat menggerakan kepalanya untuk menggigit tiba-tiba.
Kura-kura memiliki sebuah mulut lebar yang kokoh. Kura-kura menggunakan rahangnya untuk memotong dan mengunyah makanan. Sebagai pengganti gigi, rahang atas dan bawah pada kura-kura dilapisi oleh deretan tulang yang keras. Kura-kura karnivora biasanya memiliki tulang yang berbentuk pisau tajam untuk mengiris-iris mangsanya. Kura-kura herbivora memiliki tulang yang ujungnya seperti gergaji untuk memotong-motong tanaman yang keras. Kura-kura menggunakan lidahnya untuk membantu mengunyah makanan, tapi mereka tidak dapat, tidak seperti kebanyakan reptil, menjulurkan lidahnya untuk menangkap makanan.
Tempurung
Tempurung kura-kura bagian atas disebut carapace. Tempurung bagian bawah yang membalutnya disebut plastron. Carapace dan plastron tersambung pada sisi-sisi kura-kura oleh strukur tulang yang disebut bridges. Lapisan bagian dalam pada kura – kura terbuat dari sekitar 60 tulang yang meliputi porsi tulang belakang dan rusuk, yang berarti bahwa kura-kura tidak dapat merangkak keluar dari tempurungnya. Pada kebanyakan kura-kura, lapisan luar tempurung dilapisi oleh sisik-sisik keras yang disebut scute yang merupakan bagian dari kulit luarnya, atau epidermis. Scute terbuat dari protein berserat yang disebut keratin yang juga membentuk sisik pada reptil lainnya. Scute ini tumbuh melebihi lapisan-lapisan antara tulang-tulang tempurung dan menambah kekuatan tempurung. Beberapa kura-kura tidak memiliki scute yang keras. Contohnya, penyu berpunggung kulit dan labi-labi yang memiliki tempurung yang dilapisi kulit scute yang halus dan bukan scute yang keras.
Bentuk tempurung kura-kura memberi petunjuk yang sangat menolong mengenai bagaimana kura-kura tersebut hidup. Kebanyakan kura-kura darat memiliki tempurung yang besar dan berbentuk kubah yang membuat sulit bagi predator untuk menghancurkan tempurung diantara taring-taringnya. Satu dari sedikit pengecualian adalah kura-kura darat pancake Afrika yang memiliki tempurung yang lentur dan datar yang membuatnya dapat bersembunyi diantara repihan batu. Kebanyakan kura-kura akuatik memiliki tempurung yang datar dan beralur yang membantu dalam berenang dan menyelam. Kura-kura musk dan kura-kura alligator Amerika memiliki plastron yang berbentuk menyilang dan kecil yang memberikan gerakan kaki yang lebih efisien untuk berjalan sepanjang dasar kolam dan sungai.
Warna tempurung kura-kura bisa bermacam-macam. Tempurung pada umumnya berwarna cokelat, hitam, atau hijau gelap. Pada beberapa spesies, tempurungnya memiliki tanda-tanda berwarna merah, oranye, kuning, atau abu-abu dan tanda-tanda ini bisa berupa totol-totol, garis-garis, atau bintik-bintik acak. Salah satu dari kura-kura yang paling berwarna adalah kura-kura painted yang memiliki plastron berwarna kuning dan tempurung berwarna hitam atau hijau tua dengan bintiki merah disekitar sisi-sisinya.
Kura-kura darat, yang hidup di dataran, memiliki tempurung yang lebih berat. Kebalikannya, kura-kura akuatik dan labi-labi memiliki tempurung yang lebih ringan yang membantunya untuk tidak tenggelam dalam air dan berenang dengan laju yang lebih cepat. Tempurung yang lebih ringan ini memiliki sebuah ruang kosong besar yang disebut fontanelles diantara tulang-tulang tempurung. Tempurung pada penyu berpunggung bulu sangat ringan karena mereka memiliki sedikit scute dan terisi banyak fontanelles.
Kulit dan pergantian kulit
Seperti yang telah dijelaskan di atas, lapisan luar tempurung adalah bagian dari kulit, masing-masing scute (atau piring) pada tempurung merupakan sebuah sisik yang termodifikasi. Tempurung tersebut terdiri dari kulit dengan sisik-sisik yang lebih kecil, sama seperti kulit reptil lainnya. Kura-kura akuatik dan terrapin tidak berganti kulit dalam satu kali proses, seperti yang dilakukan oleh ular, tapi secara berlanjut, dalam potongan-potongan yang kecil. Ketika berada dalam sebuah lingkup akuaria, lembaran kecil kulit mati dapat dilihat dalam air (terkadang terlihat seperti potongan plastik tipis) ketika telah berkerak, bahkan ketika hewan tersebut menggosok-gosokkan badannya pada sepotong kayu atau batu. Kura-kura darat juga berganti kulit, tapi sejumlah besar kulit mati dapat diakumulasi menjadi potongan tebal yang memberi perlindungan pada bagian-bagian tubuh diluar tempurung.
Scute pada tempurung tidak pernah berganti, dan, semakin lama terakumulasi, tempurung menjadi semakin tebal. Dengan menghitung lingkaran yang terbentuk oleh scute yang lebih tua dan lebih kecil di atas scute yang lebih muda dan lebih besar, memungkinkan kita untuk memperkirakan umur seekor kura-kura, bila kita mengetahui berapa banyak scute yang diproduksi dalam setahun. Metode ini kurang akurat, dikarenakan sebagian besar angka pertumbuhan tidak konstan, tapi juga karena sebagian scute terkadang jatuh dari tempurung.
Tempurung kura-kura bagian atas disebut carapace. Tempurung bagian bawah yang membalutnya disebut plastron. Carapace dan plastron tersambung pada sisi-sisi kura-kura oleh strukur tulang yang disebut bridges. Lapisan bagian dalam pada kura – kura terbuat dari sekitar 60 tulang yang meliputi porsi tulang belakang dan rusuk, yang berarti bahwa kura-kura tidak dapat merangkak keluar dari tempurungnya. Pada kebanyakan kura-kura, lapisan luar tempurung dilapisi oleh sisik-sisik keras yang disebut scute yang merupakan bagian dari kulit luarnya, atau epidermis. Scute terbuat dari protein berserat yang disebut keratin yang juga membentuk sisik pada reptil lainnya. Scute ini tumbuh melebihi lapisan-lapisan antara tulang-tulang tempurung dan menambah kekuatan tempurung. Beberapa kura-kura tidak memiliki scute yang keras. Contohnya, penyu berpunggung kulit dan labi-labi yang memiliki tempurung yang dilapisi kulit scute yang halus dan bukan scute yang keras.
Bentuk tempurung kura-kura memberi petunjuk yang sangat menolong mengenai bagaimana kura-kura tersebut hidup. Kebanyakan kura-kura darat memiliki tempurung yang besar dan berbentuk kubah yang membuat sulit bagi predator untuk menghancurkan tempurung diantara taring-taringnya. Satu dari sedikit pengecualian adalah kura-kura darat pancake Afrika yang memiliki tempurung yang lentur dan datar yang membuatnya dapat bersembunyi diantara repihan batu. Kebanyakan kura-kura akuatik memiliki tempurung yang datar dan beralur yang membantu dalam berenang dan menyelam. Kura-kura musk dan kura-kura alligator Amerika memiliki plastron yang berbentuk menyilang dan kecil yang memberikan gerakan kaki yang lebih efisien untuk berjalan sepanjang dasar kolam dan sungai.
Warna tempurung kura-kura bisa bermacam-macam. Tempurung pada umumnya berwarna cokelat, hitam, atau hijau gelap. Pada beberapa spesies, tempurungnya memiliki tanda-tanda berwarna merah, oranye, kuning, atau abu-abu dan tanda-tanda ini bisa berupa totol-totol, garis-garis, atau bintik-bintik acak. Salah satu dari kura-kura yang paling berwarna adalah kura-kura painted yang memiliki plastron berwarna kuning dan tempurung berwarna hitam atau hijau tua dengan bintiki merah disekitar sisi-sisinya.
Kura-kura darat, yang hidup di dataran, memiliki tempurung yang lebih berat. Kebalikannya, kura-kura akuatik dan labi-labi memiliki tempurung yang lebih ringan yang membantunya untuk tidak tenggelam dalam air dan berenang dengan laju yang lebih cepat. Tempurung yang lebih ringan ini memiliki sebuah ruang kosong besar yang disebut fontanelles diantara tulang-tulang tempurung. Tempurung pada penyu berpunggung bulu sangat ringan karena mereka memiliki sedikit scute dan terisi banyak fontanelles.
Kulit dan pergantian kulit
Seperti yang telah dijelaskan di atas, lapisan luar tempurung adalah bagian dari kulit, masing-masing scute (atau piring) pada tempurung merupakan sebuah sisik yang termodifikasi. Tempurung tersebut terdiri dari kulit dengan sisik-sisik yang lebih kecil, sama seperti kulit reptil lainnya. Kura-kura akuatik dan terrapin tidak berganti kulit dalam satu kali proses, seperti yang dilakukan oleh ular, tapi secara berlanjut, dalam potongan-potongan yang kecil. Ketika berada dalam sebuah lingkup akuaria, lembaran kecil kulit mati dapat dilihat dalam air (terkadang terlihat seperti potongan plastik tipis) ketika telah berkerak, bahkan ketika hewan tersebut menggosok-gosokkan badannya pada sepotong kayu atau batu. Kura-kura darat juga berganti kulit, tapi sejumlah besar kulit mati dapat diakumulasi menjadi potongan tebal yang memberi perlindungan pada bagian-bagian tubuh diluar tempurung.
Scute pada tempurung tidak pernah berganti, dan, semakin lama terakumulasi, tempurung menjadi semakin tebal. Dengan menghitung lingkaran yang terbentuk oleh scute yang lebih tua dan lebih kecil di atas scute yang lebih muda dan lebih besar, memungkinkan kita untuk memperkirakan umur seekor kura-kura, bila kita mengetahui berapa banyak scute yang diproduksi dalam setahun. Metode ini kurang akurat, dikarenakan sebagian besar angka pertumbuhan tidak konstan, tapi juga karena sebagian scute terkadang jatuh dari tempurung.
Anggota badan
Kura-kura darat memiliki kaki yang pendek. Kura-kura darat terkenal memiliki gerak yang lamban, hal ini dikarenakan oleh tempurungnya yang berkubah dan berat tapi juga karena gaya berjalan merangkak yang tidak efisien yang mereka miliki, dengan kaki-kaki yang meregang satu sama lain, tidak seperti kadal yang berkaki lurus satu sama lain langsung dibawah badan, seperti juga pada mamalia.
Kura-kura yang bersifat amfibi biasanya memiliki anggota badan yang sama dengan kura-kura darat tadi kecuali kaki mereka memiliki selaput jari dan biasanya memiliki kuku yang panjang. Kura-kura ini berenang menggunakan keempat kakinya dengan cara yang sama seperti anjing yang sedang berenang, dengan kaki-kaki pada sisi kanan dan kiri tubuh mengayun bergantian. Kura-kura air tawar yang besar lebih jarang berenang dibanding kura-kura air tawar yang kecil, dan spesies yang sangat besar, seperti kura-kura alligator, jarang sekali berenang, lebih menyukai berjalan sepanjang dasar danau atau sungai. Seperti juga selaput kaki, kura-kura air tawar juga memiliki kuku yang sangat panjang, digunakan untuk membantunya dalam memanjat tepi sungai dan mengambang ke atas, dimana mereka senang berjemur. Kura-kura air tawar jantan lebih banyak memiliki kuku yang panjang, dan hal ini digunakan untuk merangsang betina saat kawin. Meskipun kebanyakan kura-kura air tawar memiliki kaki berselaput jari, beberapa kura-kura air tawar, seperti kura-kura moncong babi, memiliki kaki berbentuk dayung yang sejati, dengan jari-jari yang menyatu membentuk dayung dan kuku-kuku yang kecil. Spesies ini berenang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh penyu (lihat dibawah).
Penyu hampir seluruhnya akuatik dan memiliki kaki berbentuk dayung (flipper) sebagai pengganti kaki. Penyu “terbang” dalam air, menggunakan gerakan naik-turun pada kaki dayung depan untuk menciptakan gaya dorong; kaki belakang tidak digunakan untuk berenang tapi mungkin digunakan untuk penyeimbang. Dibandingkan dengan kura-kura air tawar, penyu jarang sekali naik ke daratan, dan biasanya hanya untuk menetas saja. Penyu jantan biasanya tidak pernah meninggalkan lautan, sedangkan betina harus naik ke daratan untuk menetaskan telur. Mereka bergerak sangat lamban, menyeret badan mereka dengan kaki dayungnya. Kaki dayung belakang mereka digunakan untuk menggali lubang telur dan mengisinya kembali dengan pasir ketika telur-telurnya sudah ditetaskan.
Kura-kura darat memiliki kaki yang pendek. Kura-kura darat terkenal memiliki gerak yang lamban, hal ini dikarenakan oleh tempurungnya yang berkubah dan berat tapi juga karena gaya berjalan merangkak yang tidak efisien yang mereka miliki, dengan kaki-kaki yang meregang satu sama lain, tidak seperti kadal yang berkaki lurus satu sama lain langsung dibawah badan, seperti juga pada mamalia.
Kura-kura yang bersifat amfibi biasanya memiliki anggota badan yang sama dengan kura-kura darat tadi kecuali kaki mereka memiliki selaput jari dan biasanya memiliki kuku yang panjang. Kura-kura ini berenang menggunakan keempat kakinya dengan cara yang sama seperti anjing yang sedang berenang, dengan kaki-kaki pada sisi kanan dan kiri tubuh mengayun bergantian. Kura-kura air tawar yang besar lebih jarang berenang dibanding kura-kura air tawar yang kecil, dan spesies yang sangat besar, seperti kura-kura alligator, jarang sekali berenang, lebih menyukai berjalan sepanjang dasar danau atau sungai. Seperti juga selaput kaki, kura-kura air tawar juga memiliki kuku yang sangat panjang, digunakan untuk membantunya dalam memanjat tepi sungai dan mengambang ke atas, dimana mereka senang berjemur. Kura-kura air tawar jantan lebih banyak memiliki kuku yang panjang, dan hal ini digunakan untuk merangsang betina saat kawin. Meskipun kebanyakan kura-kura air tawar memiliki kaki berselaput jari, beberapa kura-kura air tawar, seperti kura-kura moncong babi, memiliki kaki berbentuk dayung yang sejati, dengan jari-jari yang menyatu membentuk dayung dan kuku-kuku yang kecil. Spesies ini berenang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh penyu (lihat dibawah).
Penyu hampir seluruhnya akuatik dan memiliki kaki berbentuk dayung (flipper) sebagai pengganti kaki. Penyu “terbang” dalam air, menggunakan gerakan naik-turun pada kaki dayung depan untuk menciptakan gaya dorong; kaki belakang tidak digunakan untuk berenang tapi mungkin digunakan untuk penyeimbang. Dibandingkan dengan kura-kura air tawar, penyu jarang sekali naik ke daratan, dan biasanya hanya untuk menetas saja. Penyu jantan biasanya tidak pernah meninggalkan lautan, sedangkan betina harus naik ke daratan untuk menetaskan telur. Mereka bergerak sangat lamban, menyeret badan mereka dengan kaki dayungnya. Kaki dayung belakang mereka digunakan untuk menggali lubang telur dan mengisinya kembali dengan pasir ketika telur-telurnya sudah ditetaskan.
Ekologi dan sejarah kehidupan
Meskipun banyak jenis kura-kura yang hidup di bawah air, seluruh kura-kura air dan darat adalah reptil yang bernapas dengan paru-paru, dan harus naik ke permukaan pada jangka waktu yang teratur untuk mengisi ulang paru-parunya dengan udara segar. Mereka juga bisa menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dataran kering. Pernafasan akuatik pada kura-kura air tawar Australia kini sedang dipelajari. Beberapa spesies memiliki lubang kloaka besar yang dipenuhi oleh banyak proyeksi-proyeksi yang berbentuk seperti jari. Proyeksi ini, disebut “papillae”, memiliki persediaan darah yang melimpah, dan berfungsi untuk meningkatkan wilayah permukaan pada kloaka. Kura-kura air dapat menyaring oksigen yang terkandung dalam air menggunakan papillae ini, hampir sama seperti ikan yang menggunakan insang untuk bernafas.
Kura-kura adalah hewan yang bertelur, seperti reptil lainnya, dimana telurnya lembut dan berbulu.
Meskipun banyak jenis kura-kura yang hidup di bawah air, seluruh kura-kura air dan darat adalah reptil yang bernapas dengan paru-paru, dan harus naik ke permukaan pada jangka waktu yang teratur untuk mengisi ulang paru-parunya dengan udara segar. Mereka juga bisa menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dataran kering. Pernafasan akuatik pada kura-kura air tawar Australia kini sedang dipelajari. Beberapa spesies memiliki lubang kloaka besar yang dipenuhi oleh banyak proyeksi-proyeksi yang berbentuk seperti jari. Proyeksi ini, disebut “papillae”, memiliki persediaan darah yang melimpah, dan berfungsi untuk meningkatkan wilayah permukaan pada kloaka. Kura-kura air dapat menyaring oksigen yang terkandung dalam air menggunakan papillae ini, hampir sama seperti ikan yang menggunakan insang untuk bernafas.
Kura-kura adalah hewan yang bertelur, seperti reptil lainnya, dimana telurnya lembut dan berbulu.
Telur-telur dari spesies terbesar berbentuk bulat, sementara
telur-telur jenis lainnya berbentuk lonjong. Albumennya berwarna putih
dan mengandung protein yang berbeda dari telur burung, yang menyebabkan
embrio tidak akan mengeras saat dimasak. Telur kura-kura mengandung
hampir seluruhnya kuning telur. Pada beberapa spesies, suhu menentukan
apakah embrio pada telur itu akan berkembang menjadi jantan atau betina:
suhu yang lebih tinggi menyebabkan embrio berjenis kelamin betina, suhu
yang lebih rendah menyebabkan embrio berjenis kelamin jantan. Sejumlah
besar telur-telur disimpan dalam lubang galian dan dikubur dengan lumpur
atau pasir. Telur-telur itu lalu ditutupi dan ditinggalkan untuk
diinkubasi sendiri. Ketika bayi kura-kura lahir, mereka mencari jalan
sendiri untuk mencapai perairan. Kura-kura bukan merupakan spesies
dimana induk yang merawat anak-anaknya.
Penyu bertelur pada pantai berpasir yang kering, dan keberadaan telur tersebut sangat terancam oleh pembangunan pantai dan perburuan telur. Penyu muda juga tidak dibesarkan oleh induknya.
Kura-kura memakan waktu bertahun-tahun untuk mencapai usia kawin. Terkadang kura-kura hanya berkembang biak sekali dalam beberapa tahun atau lebih.
Peneliti baru-baru ini menemukan bahwa organ pada kura-kura tidaklah semakin lama semakin tidak berfungsi, tidak seperti kebanyakan hewan lainnya. Telah ditemukan bahwa hati, paru-paru dan ginjal pada kura-kura centenarian berfungsi lebih baik dengan bertambahnya usia. Hal inilah yang menginspirasi peneliti genetis untuk memulai penelitian pada genom kura-kura untuk menghasilkan gen-gen yang berusia panjang.
Turtle, tortoise atau terrapin?
Meskipun kata “turtle” banyak sekali digunakan untuk menggambarkan seluruh anggota Ordo Testudines, pada umumnya juga kita melihat ada anggota tertentu yang digambarkan sebagai “terrapin”, “tortoise”, atau “sea turtles”. Tepatnya bagaimana nama-nama alternatif ini digunakan, tergantung pada tipe Bahasa Inggris yang digunakan.
• Bristish English biasanya menggambarkan reptil ini sebagai “turtle” bila mereka hidup di laut; “terrapin” bila mereka hidup di air tawar atau air payau; atau “tortoise” bila mereka hidup di daratan. Bagaimanapun juga, ada pengecualian pada hal ini dimana nama-nama umum Amerika atau Australia digunakan secara meluar, seperti ‘Fly River Turtle’.
• American English menggunakan kata “turtle” untuk seluruh spesies kura-kura, tak peduli dimana pun habitatnya, meskipun “tortoise” juga digunakan untuk menggambarkan secara tepat kura-kura yang hidup di darat. Spesies lautan lebih spesifik dengan kata “sea turtles”. Sedangkan kata “terrapin” jelas digunakan untuk kura-kura yang hidup di air payau seperti terrapin punggung berlian (diamondback terrapin), Malaclemys terrapin; kata “terrapin” dalam hal ini diambil dari kosakata Algonquian untuk binatang ini.
Penyu bertelur pada pantai berpasir yang kering, dan keberadaan telur tersebut sangat terancam oleh pembangunan pantai dan perburuan telur. Penyu muda juga tidak dibesarkan oleh induknya.
Kura-kura memakan waktu bertahun-tahun untuk mencapai usia kawin. Terkadang kura-kura hanya berkembang biak sekali dalam beberapa tahun atau lebih.
Peneliti baru-baru ini menemukan bahwa organ pada kura-kura tidaklah semakin lama semakin tidak berfungsi, tidak seperti kebanyakan hewan lainnya. Telah ditemukan bahwa hati, paru-paru dan ginjal pada kura-kura centenarian berfungsi lebih baik dengan bertambahnya usia. Hal inilah yang menginspirasi peneliti genetis untuk memulai penelitian pada genom kura-kura untuk menghasilkan gen-gen yang berusia panjang.
Turtle, tortoise atau terrapin?
Meskipun kata “turtle” banyak sekali digunakan untuk menggambarkan seluruh anggota Ordo Testudines, pada umumnya juga kita melihat ada anggota tertentu yang digambarkan sebagai “terrapin”, “tortoise”, atau “sea turtles”. Tepatnya bagaimana nama-nama alternatif ini digunakan, tergantung pada tipe Bahasa Inggris yang digunakan.
• Bristish English biasanya menggambarkan reptil ini sebagai “turtle” bila mereka hidup di laut; “terrapin” bila mereka hidup di air tawar atau air payau; atau “tortoise” bila mereka hidup di daratan. Bagaimanapun juga, ada pengecualian pada hal ini dimana nama-nama umum Amerika atau Australia digunakan secara meluar, seperti ‘Fly River Turtle’.
• American English menggunakan kata “turtle” untuk seluruh spesies kura-kura, tak peduli dimana pun habitatnya, meskipun “tortoise” juga digunakan untuk menggambarkan secara tepat kura-kura yang hidup di darat. Spesies lautan lebih spesifik dengan kata “sea turtles”. Sedangkan kata “terrapin” jelas digunakan untuk kura-kura yang hidup di air payau seperti terrapin punggung berlian (diamondback terrapin), Malaclemys terrapin; kata “terrapin” dalam hal ini diambil dari kosakata Algonquian untuk binatang ini.
0 komentar:
Post a Comment
Jangan Malu Berkomentar